Sabtu, 06 Juni 2020

Cerita gairah Salah Orang yang Nikmat

TypeSex69 - Cerita ini bermula dari suatu kebetulan yang tidak disengaja. Sampai saat ini aku suka tertawa sendiri kalau mengingat awal kejadian ini. Bermula dari suatu Sabtu siang, aku janjian ketemu dengan salah seorang teman chat-ku. Namanya Viona, mahasiswi tingkat akhir di salah satu PTS di Jakarta Barat. Teman chat-ku yang satu ini cukup misterius. Aku nggak pernah tau dia tinggal dimana, dengan siapa, bahkan aku tak pernah dikasi nomer telepon rumahnya. Kampusnya pun aku nggak yakin kalau yang disebutnya benar.

Saat janjian dengan Viona pun hanya lewat SMS. Biasanya aku nggak pernah meladeni teman-teman chat yang janjian ketemu via SMS. Kapok, dulu pernah dibo’ongin. Tapi entah kenapa aku penasaran sekali dengan Viona. Akhirnya kami janjian untuk ketemu di Mal Kelapa Gading, tepatnya di Wendy’s. Resenya, Viona juga nggak mau kasi tau pakaian apa yang dia pakai dan ciri-cirinya. Pokoknya surprise, katanya.

Itulah kenapa hari Sabtu siang ini aku bengong-bengong ditemani baked potatoenya Wendy’s sambil menunggu kedatangan Viona. Sudah hampir satu jam aku menunggu tapi tidak ada kabar. SMS-ku nggak dibales-bales, mau telepon pulsa udah sekarat. Aku hanya duduk sambil memperhatikan sekelilingku yang cukup sepi. Mataku tertuju pada seorang wanita keturunan Chinese berumur kira-kira 30-an yang duduk sendirian di salah satu sudut. Herannya sejak tadi wanita tersebut memperhatikanku terus. Aku sempat berpikir apa dia yang bernama Viona. Tapi rasanya bukan. Akhirnya karena bete menunggu aku pun meninggalkan Wendy’s.

Tiba-tiba aku merasa ada yang menepuk bahuku dari belakang. Aku menoleh dan melihat wanita yang kuperhatikan tadi tersenyum ke arahku.
“Reza ya?” tanyanya. Aku terkejut. Kok dia tau namaku. Jangan-jangan wanita ini benar Viona. Aku mengangguk.
“Iya, mm.. Viona?” tanyaku. Wanita itu menggeleng sambil mengernyitkan kening.
“Bukan, kok Viona sih? Kamu Reza yang di Kayuputih kan?” aku tambah bingung mendengarnya.
“Bukan, lho tante bukan Viona?”.

Kemudian wanita itu mengajakku berteduh di salah satu sudut sambil menjelaskan maksud yang sebenarnya. Aku mendengarkan, lantas aku juga gantian menjelaskan. Akhirnya kami sama-sama tertawa terbahak-bahak setelah tau duduk persoalannya. Wanita itu bernama Yesi, dan dia juga sedang janjian dengan teman chat-nya yang juga bernama Reza, seperti namaku. Akhirnya kami malah berkenalan karena orang-orang yang kami tunggu tak kunjung datang juga. Aku memanggilnya Ci Yesi, karena dia menolak dipanggil tante. Kesannya tua katanya.

Siang itu Ci Yesi malah mengajakku jalan-jalan. Aku ikut dengan Altis-nya karena aku tidak membawa mobil. Ci Yesi mengajakku ke butik teman maminya di daerah Permata Hijau. Tante Vina, sang pemilik butik adalah seorang wanita yang sudah berusia di atas 50 tahun, tubuhnya cukup tinggi dan agak montok. Kulitnya yang putih bersih hari itu dibalut blus transparan yang bahunya terbuka lebar dan celana biru tua dari bahan yang sama dengan bajunya. Agak-agak eksentrik. Dasar desainer pikirku. Karena hari itu butik Tante Vina tidak begitu ramai, kami bertiga ngobrol-ngobrol sambil minum teh di salah satu ruang santai.

“Aduh Yo.. maaf..” seru Tante Vina. Wanita itu menumpahkan teh yang akan dituangnya ke cangkirku tepat di celanaku bagian pangkal paha. Aku sedikit mengentak karena tehnya agak panas.
“Nggak pa-pa Tante..” jawabku seraya menepuk-nepuk kemejaku yang juga kena tumpahan teh. Tante Vina reflek menepis-nepis bercak teh yang membasahi cenalaku. Ups.. tanpa sengaja jemari lembutnya menyentuh batang kemaluanku.
“Eh.. kok keras Yoo? Hihihi..” goda Tante Vina sambil memijit-mijit kemaluanku. Aku jadi tersenyum. Ya gimana nggak keras sedari ngobrol tadi mataku tak lepas dari bahu Tante Vina yang mulus dan kedua belah paha Ci Yesi yang putih.
“Iya.. Tante sih numpahin..” jawabku setengah bercanda.
“Idih.. Tante Vina kumat genitnya deh.. biasa Yo, udah lama nggak.. aww!!” Ci Yesi tak sempat menyelesaikan celetukkannya karena Tante Vina mencubit pinggang wanita itu.
“Iya nih Tante, udah numpahin digenitin lagi. Pokoknya bales tumpahin juga lho hihihi..” aku gantian menggoda wanita itu. Tante Vina malah tersenyum sambil merangkul leherku.
“Boleh, tapi jangan ditumpahin pake teh ya..” bisiknya di telingaku. Aku pura-pura bego.
“Abis mau ditumpahin apa Tante?” tanyaku. Tante Vina meremas batang penisku dengan gemas.
“Ya sama ‘teh alami’ dari kamu dong sayang.. mmhh.. mm..” Tante Vina langsung mengecup dan melumat bibirku. Aku yang memang sedari tadi sudah horny menyambut lumatan bibir Tante Vina dengan penuh nafsu. Kedua tanganku memeluk pinggang wanita setengah baya itu dengan posisi menyamping. Sementara tangan Tante Vina yang lembut merangkul leherku. Ah.. lembut sekali bibirnya.SahabatQQ

Ci Yesi yang melihat adegan kami tidak tinggal diam. Wanita berkulit putih mulus itu mendakati tubuhku dan mulai memainkan kancing celana jeansku. Tak sampai semenit wanita itu sudah berhasil melucuti celana jeansku sekaligus dengan celana dalamnya. Tanpa ampun lagi batang penisku yang sudah mulai mengeras itu berdiri tegak seolah menantang Ci Yesi untuk menikmatinya. Ci Yesi turun ke bawah sofa untuk memainkan penisku. Jemarinya yang lembut perlahan-lahan mengusap dan memijit setiap centi batang penisku. Ugghh.. birahiku semakin naik. Lumatan bibirku di bibir Tante Vina semakin bernafsu. Lidahku menjelajahi rongga mulut wanita setengah baya itu. Tante Vina merasa keasyikan.

Aku yang semakin terbakar nafsu mencoba menularkan gairahku ke Tante Vina. Dari bibir, lidahku berpindah ke telinganya yang dihiasi anting perak. Tante Vina menggelinjang keasyikan. Dia meminta waktu sebentar untuk melepas anting-antingnya agar aku lebih leluasa. Lidahku semakin liar menjelajahi telinga, leher dan bahu Tante Vina. Tampaknya wanita itu mulai tak kuasa menahan birahinya yang semakin memuncak. Dia melepaskan diri dari tubuhku dan memintaku untuk melorotkan celananya. Tanpa disuruh kedua kalinya aku pun langsung melucuti Tante Vina sekaligus dengan bajunya, hingga tubuh wanita itu bersih tanpa sehelai benang pun.

Gila, udah kepala empat tapi tubuh Tante Vina masih kencang. Kulitnya yang putih betul-betul terasa halus mulus. Sambil bersandar pada pegangan sofa, Tante Vina merentangkan kedua belah pahanya yang mulus dan memintaku melumat kemaluannya yang bersih tanpa bulu. Tanpa basa-basi aku langsung mendekatkan wajahku ke vaginanya dan mulai menjilati daerah pinggir kemaluannya.
“Hhhmm.. sshh.. teruss Yoo..” desah Tante Vina keasyikan. Aku terus menjilati vaginanya sambil tangan kananku membelai pangkal pahanya yang mulus. Di bawah, Ci Yesi masih asyik mempermainkan kemaluanku. Kelima jemarinya yang lentik lincah sekali membelai dan mengocok batang penisku yang ujungnya mulai basah. Sesekali lidahnya membasahi permukaan penisku. Sebagian batang penisku tampak merah terkena lipstik Ci Yesi. Kepala wanita itu naik turun mengikuti ayunan kenikmatan di penisku. Ahh.. lembut sekali mulut Ci Yesi mengulumnya. Saking asyiknya tak sadar aku sampai menghentikan permainanku dengan Tante Vina untuk merasakan kenikmatan yang diberikan Ci Yesi. Tante Vina tersenyum melihat ekspresiku yang mengejang menahan nikmat. Wanita itu merengkuh kepalaku untuk melanjutkan tugasku memberi kenikmatan untuknya.

Aku semakin buas melumat kemaluan Tante Vina. Jemariku mulai ikut membantu. Liang kemaluan Tante Vina sudah kutembus dengan jari tengahku. Sambil kukocok-kocok, aku menjilati klitorisnya. Wanita itu menggelinjang tak karuan menahan rasa nikmat. Kedua tangannya yang lembut menjambak rambutku.

Tanpa kusadari, Ci Yesi sudah melucuti dirinya sendiri sampai telanjang bulat. Tiba-tiba wanita itu naik ke atas tubuhku dan bersiap mengurung penisku dengan vaginanya yang lembut. Kedua tangannya merengkuh leherku. Tubuhnya mulai merendah hingga ujung penisku mulai menyentuh bibir vaginanya. Dengan bantuan tangan kiriku, perlahan penisku mulai masuk ke dalam liang kenikmatan itu, dan.. ssllpp blleess.. Amblas sudah penisku di liang kemaluan Ci Yesi. Sambil memeluk bahuku, tubuh Ci Yesi naik-turun. Ugghh.. nikmat sekali. Aku sampai nggak bisa konsen ngelumat vagina Tante Vina. Tapi aku nggak mau kalah. Yang penting Tante Vina mesti diberesin dulu.

Sambil menahan birahiku yang sudah di ubun-ubun gara-gara Ci Yesi, aku terus melumat vagina Tante Vina. Jari tengahku yang kini sudah dibantu jari manis semakin cepat mengocok-ngocok di dalam vagina Tante Vina. Lidahku semakin liar menjelajahi klitoris dan bibir vaginanya. Tubuh Tante Vina pun semakin menggelinjang tak karuan. Sepertinya wanita itu sudah tak kuasa lagi menahan kenikmatan yang kuberikan. Aku pun mulai merasa dinding vaginanya berdenyut.

“Ssshh.. oohh.. Riioo..aahh..” Tante Vina mendesah meregang nikmat sambil meremas kepalaku yang masih menempel ketat di vaginanya. Aku merasakan rembesan lendir yang cukup deras dari dalam sana. Hmm.. aroma vagina yang begitu khas segera tercium. Aku pun menghirup lendir-lendir kenikmatan itu sambil menjilati sisa-sisa yang menempel di vagina Tante Vina. Setelah puas melepas kenikmatannya, Tante Vina mengangkat kedua pahanya dari tubuhku dan membiarkan aku leluasa menikmati permainan dengan Ci Yesi.

Bebas dari tubuh Tante Vina, kini Ci Yesi yang mendekap tubuhku erat. Payudaranya yang bulat dan montok menempel ketat di dadaku. Ahh.. kenyal sekali. Aku semakin merasakan kekenyalannya karena tubuh Ci Yesi naik-turun. Sementara bibir kami asyik saling melumat.
“Mmhh..ssllpp..aahh..mm..” berisik sekali kami berciuman. Tante Vina sampai geleng-geleng melihat kami berdua yang sama-sama dipacu birahi.

Kemudian kami bertukar posisi. Tubuh kami berguling ke arah berlawanan sehingga kini tubuh Ci Yesi duduk bersandar di sofa dengan posisi kedua kaki mulusnya yang mengangkang. Sambil bertumpu pada lutut di lantai, aku bersiap memasukkan penisku lagi ke dalam liang kemaluan Ci Yesi. Ugghh.. kali ini lebih mudah karena vagina Ci Yesi sudah basah. Pantatku maju mundur seiring kenikmatan yang dirasakan Ci Yesi. Wanita itu bahkan sudah tak kuasa memeluk tubuhku. Kedua tangannya direntangkan untuk menahan rasa nikmat yang dirasakannya. Aku semakin menggoyang pantatku dengan keras. Aku tahu bahwa sebentar lagi Ci Yesi akan mencapai klimaks, namun aku juga tahu bahwa Ci Yesi tak mau kalah denganku. Aku melihat ekspresinya yang berusaha menahan nikmat.

“Terus Yo.. bentar lagi tuh.. hihihi..” goda Tante Vina. Aku tersenyum kemudian mengecup bibir wanita yang sedang duduk di samping Ci Yesi tersebut. Tante Vina malah membantuku dengan menjilat, mengisap dan mengulum payudara dan puting Ci Yesi.
“Aahh.. Yoo.. sshh..” akhirnya Ci Yesi meregang kenikmatannya. Aku merasakan cairan hangat membasahi penisku di dalam vaginanya. Aku mendekap tubuh Ci Yesi yang hangat.
“Hh.. gila kamu Yo, aku pikir bakal kamu duluan..” ujar Ci Yesi. Aku tersenyum sambil melirik ke arah Tante Vina.
“Ya kan berkat bantuan Tante Vina..” jawabku seraya mencubit hidung Tante Vina. Wanita itu memelukku.
“Nah, sekarang giliran aku lagi Yo, kamu kan belum puasin aku dengan pentunganmu itu hihihi.. Ayo, kali ini pasti kamu udah nggak tahan..” Tante Vina menantangku bermain lagi. Tanpa diminta dua kali aku langsung menjawab tantangannya. Aku pun melakukan hal yang sama seperti dengan Ci Yesi tadi. Kali ini aku mengakui permainan Tante Vina yang jauh lebih liar dan berpengalaman. Akhirnya kami klimaks bersama-sama. Aku klimaks di dalam vagina Tante Vina yang hangat.

Ruang santai itu memang betul-betul hebat. Tak seorang karyawan pun yang mengetahui apa yang baru saja kami lakukan. Setelah puas bermain, kami bertiga mandi bersama. Tadinya setelah mandi kami mau melanjutkan lagi di kamar tidur Tante Vina. Tapi karena sudah sore, sebentar lagi suami Tante Vina pulang. Untungnya Ci Yesi punya ide untuk melanjutkan di hotel. Tante Vina pun setuju, namun aku dan Ci Yesi berangkat duluan.

Malam itu kami check-in di salah satu hotel di daerah Thamrin. Aku dan Ci Yesi lebih dulu melanjutkan permainan. Satu jam kemudian Tante Vina baru datang melengkapi kenikmatan kami. Dan yang bikin aku surprise, malam itu Tante Vina mengajak teman seprofesinya yang umurnya kira-kira lebih muda 3 atau 5 tahun, namanya Tante Ida. Malam itu aku betul-betul puas bersenang-senang dengan mereka bertiga. Kami melepas birahi sampai jam 3 pagi. Kemudian kami tidur sampai jam 9 pagi, lantas kembali menuntaskan permainan. Aku betul-betul tidak menyangka kalau gara-gara salah orang bisa sampai seperti ini.

Sampai kini aku nggak pernah ketemu dengan Fanny, teman chat-ku. Kami pun nggak pernah SMS-an lagi. Entah kemana perginya Fanny. Tapi yang jelas semenjak kejadian itu, aku terus keep contact dengan Ci Yesi, Tante Vina dan Tante Ida. Sekarang Ci Yesi sudah menikah dan tinggal di Australia dengan suaminya. Tapi kami masih sering kontak. Sedangkan dengan Tante Vina dan Tante Ida, aku masih terus berhubungan untuk sesekali berbagi kenikmatan. Tadinya mereka ingin memeliharaku sebagai gigolo, namun aku menolak karena aku melakukannya bukan untuk uang dan materi, tapi untuk kesenangan saja. Kadang kalau Ci Yesi sedang di Indonesia, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi butik Tante Vina bersama-sama untuk melepas birahi. Tempat Tante Vina sering dijadikan tempat affair kami agar suaminya tidak curiga.

Oke, segitu dulu pengalamanku. Salam manis buat Ci Yesi yang lagi hamil 3 bulan. Mudah-mudahan kesampean dapat anak laki-laki. Buat Tante Vina dan Tante Ida, thank’s buat kehangatan yang diberikan. Juga buat Fanny, my mysterious friend yang udah membuka jalan hehehe.. Lain kali kalau ada pengalaman yang berkesan, aku akan ceritakan lagi di situs ini.Agen Domino99

Related Posts:

  • Cerita gairah Asisten Doker Gigi Yang Bohai TypeSex69 - Aku, Eddy Iskandar , dipanggil singkat Eddy. Setelah kerja 2 tahun lebih, aku dipindahtugaskan ke kota B ini, tidak seramai kota besar asalku, tapi cukup nyaman. Aku dipinjamkan rumah kakak perempuanku yg bert… Read More
  • Cerita gairah Bercinta Dengan Guru di Saat Hujan Deras TypeSex69 - Seorang wanita dengan jilbab hijau lumut tampak berjalan terburu-buru menuju ruang guru, belahan rok yang cukup sempit memaksa wanita itu mengayun langkah kecil nan cepat. Namun saat dirinya tiba diruangan yan… Read More
  • Cerita gairah Hotnya Tubuh Bohai Bu Susi TypeSex69 - Aku memang termasuk pria yang aneh. Napsuku hanya pada wanita-wanita STW yang suka mengenakan kebaya dan berkonde. Kadang-kadang waktuku habis ke pesta-pesta pernikahan hanya untuk melihat wanita-wanita yang m… Read More
  • Cerita gairah Ku Intip Ketika Bibiku Tidur TypeSex69 - Kulihat bibi tidur tidak berselimut, karena biarpun kamar bibi memakai AC, tapi kelihatan AC-nya diatur agar tidak terlalu dingin. Posisi tidur bibi telentang dan bibi hanya memakai baju daster merah muda yang… Read More
  • Cerita gairah Ngewe di Pinggir Pantai TypeSex69 - Dinding rumah mulai agak kusam,tandanya rumah harus segera ada perhatian.Ya plafon juga sudah ada sedikit ada sedikit kerusakan,ya lumyan lama rumah ini berdiri sekitar 5 tahun yang lalu.Suasanya halaman yang … Read More

0 komentar:

Posting Komentar